Jumat, 10 Februari 2012

Demo : "Sebuah Kekonyolan dan Ketidak jelasan Pt#2"


Bukan cita-cita dari sebagian mahasiswa untuk melakukan aksi demo dalam kehidupan selama ngampus. Beberapa mengatakan hal tersebut konyol adanya, beberapa lainya mengatakan hal tersebut merupakan salah satu hak mahasiswa untuk melakukan analisis social terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Dua pendapat ini sebenarnya tidak pernah menjadi seheboh ini sampai tulisan ini diposting (sebenarnya sampai sekarang juga tidak pernah heboh). Lalu bagi anda yang mahasiswa bagaimana menanggapinya? Pendapat saya? Bila demo itu dilakukan adalah sangat benar konyolnya (pendapat pribadi, everything is possible if you think with any views). Kenapa konyolnya? Saya tidak akan berkata hal ini konyol kalau saya tidak melakukanya. Pengalaman sekali seumur hidup dan harus segera dihapuskan dari memori otak yang mulai penuh dengan pikiran jorok.
Melanjutkan cerita dari masjid, penulis dan tulisanya sempat nginep di masjid selama beberapa malam. Di usir oleh pengelola masjid karena dianggap sangat merepotkan (ga Cuma numpang nginep, numpang makan, numpang dicuciin, numpang ke kampus). Dan inilah kelanjutanya.
Masjid merupakan tempat ibadah bagi masyarakat beragama islam. Di dalamnya tentunya kita melakukan hal yang bersifat religious seperti sholat, berdzikir, membaca al-qur’an, bergurau di teras, makan gorengan, tidur sambil nunggu kuliah (fenomena yang perlu diangkat sebagai skripsi di kampus saya), tetapi entah apa yang terjadi, dengan berbagai alasan yang saya pikir hal itu benar gerombolan “akhir” dari demo ini tidak berpikir demikian. Mereka melakukan apa yang sepatutnya itu biasa saja, gerombolan ini dengan semangat kehujanan hanya melewati masjid itu tanpa menyambanginya terlebih dahulu (sebagian sudah sholat, sebagian mungkin lupa, sebagian lainya saya belum menanyakanya, let’s be positive thinking). Entah ini suatu karma, kutukan, azab, bencana, atau apapun kalian menyebutnya. Setelah melewati masjid kita dihadapkan pada sebuah (lebih tepatnya empat) pilihan yang menyesatkan. Tepat di depan mata kami ada sebuah perempatan biasa yang seharusnya itu memang perempatan biasa hanya saja hujan, lalu menariknya apa? yang menjadi luar biasa tidak masuk akalnya adalah, dari beberapa belas orang unik yang ada disana hamper semuanya tidak tahu kemana larinya gerombolan demo yang berjalan lebih dulu tadi? (sisanya berpikir dengan ke sok tahuan). Kita2 yang memang dari awalnya ga niat berdemo memang sengaja tidak mengetahui route perjalanan demo ini, mau ke Fmipa, F teknik, atau mau pulang ke kost. Dari 14 orang (dikira kira, bisa berubah sesuai kebutuhan) hanya satu orang bijaksana yang harusnya tahu, karena hanya satu orang yang kami anggap bijak inilah yang ikut rapat aksi demo ini. Akan tetapi betapa WTF-nya orang tolol satu ni juga tidak tahu kemana harusnya gerombolan itu pergi. Dalam kagalauan tingkat tinggi kita hanya diam di tengah2 perempatan besar yang merupakan jantung lalu lintas kampus pendidikan tsb. Diam bak orang tolol, dianggap pengemis jalanan, berteriak teriak bak orang gila, frustasi, galau, update status di facebook “men keren gw nyasar pas demo” atau update di twitter “ Cemungudh Eaph kakagh RT @inadexpyro nyasar dengan orang bego à RT @alinggamahatma ada apa ini tuhan? “, main aer kayag bego autis, Mulai menyesali kenapa tadi ga mampir ke masjid dulu, lumayan beli gorengan. Ditambah penderitaan datangnya beberapa orang susulan yang kami tidak mengharapkan mereka. Sangat membuat hal ini jadi konyol luar biasa, sekarang coba bapak ibu bayangkan, dimana anda bisa menjumpai cerita tentang sekelompok orang yang berdemo dan mereka “NYASAR” selain di sini (mungkin banyak di google).
Saya sangat menyarankan kepada kalian mahasiswa awam yang ingin melakukan aksi long march, SATU hal pesan saya, tolong. Untuk selalu membawa ransel, karena ini akan sangat berguna kalau-kalau anda sama bodohnya dengan saya. Ransel ini diharapkan mampu membantu kita dalam memanggil “peta”, seperti certia dora dan monyetnya (anda bisa menganggap monyetnya saya, tak apalah).
Dalam kesuraman wajah, kami mulai menemukan secercah harapan redup yang mungkin menyelamatkan nyawa kita dari lembah suram ini. Gerombolan tadi mulai tampak dengan teriakan serak khas mereka, muncul dengan ke “keren” an tersendiri menunjukan jalan benar menunju jalanNYA. Dalam hati sendiri saya bersorak “hore…. akhirnya kau lepaskan aku dari kebegoan ini, ayo bimbing aku menuju idiot lainya”. Kami langsung saja menghampiri mereka dengan langkah tergopoh gopoh seperti tuna wisma yang belum makan seratus hari. Setelah bergabung kembali dengan mereka yang “benar” kami melanjutkan cerita sesat ini dengan penuh liku. Rintangan berikutnya datang, berbaris dengan formasi pengibar bendera 17-an kami dilihat ratusan mahasiswa yang seperti melihat karnaval dan topeng monyet (anjritzz ini bukan topeng, ini wajah gw njink). Dengan tatapan mereka seperti itu saya seperti terlihat konyol. Tapi dengan prinsip kecuekan saya tetap melanjutkan kegilaan ini sampai acara demo konyol ini berakhir dan betapa menyebalkanya akhirnya satu prinsip dasar hidup saya terpatahkan, bahwa demo adalah ahal yang benar2 tidak menyenangkan dan tak akan pernah menjadi menyenangkan. Buat kalian yang konyol yang membaca tulisan ini, saya mengingatkan anda mumpung belum terlanjur untuk melakukanya segera hapus keinginan itu dari pikiran nada SEGERA.   

1 komentar:

Ieraz Zahidan Elfaraby mengatakan...

Kekonyolan yang "keren"
:hammer:

Posting Komentar