Selasa, 20 Maret 2012

Mahasiswa : "berintelektual dan mandiri"


Mahasiswa adalah civitas akademis yang dituntut memiliki kesadaran belajar secara mandiri yang cukup tinggi, sistem pengajaran yang diterapkan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan apa yang mungkin kita alami saat kita berada di bangku SMA. Di SMA kita mengenal apa yang namanya LKS yang menurut saya sendiri itu salah fungsi dan memupuk kemalasan siswa, mungkin saat kita SMA kita terlalu pasif dan di dekte dengan keaktifan guru kita. Dan saat kita masih mengenakan seragam abu-abu dan menanggalkanya kemudian kita menggantinya dengan jas almamater kampus kita maka kita juga harus  mulai meninggalkan kebiasan-kebiasan yang ada di bangku SMA. Saat dulu kita sering diterangkan oleh guru kita dikelas, sekarang di bangku perguruan tinggi mahasiswa lah yang dituntut untuk aktif berbicara dan aktif berdiskusi. Untuk mampu memahami apa yang akan kita bicarakan di depan umum, mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih. Pengetahuan tersebut bisa diperoleh salah satunya dengan membaca. Dengan membaca kita akhirnya banyak tahu, tidak hanya tahu secara umum tapi juga membentuk kepribadian serta karakter mahasiswa sebagai kaum yang berintelektual. Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk banyak membaca referensi sebanyak mungkin. Dan inilah yang kadang menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi mahasiswa seperti saya dan rekan sepenanggungan. Saya yang mungkin menjadi korban dari kesalahan system kebudayaan yang salah, memberikan dampak yang saya rasakan tidak keren sampai saat ini. Dulu waktu SD saya tidak suka baca, pada saat SMP saya lebih suka tidur dikelas dan membaca saat ujian berlangsung, pada saat saya SMU saya lebih suka berpikir kapan sekolah berakhir dan segera pulang, tidak pernah terbesit dalam benak saya untuk menumbuhkan kegemaran membaca. Dan akhirnya ini berdampak buruk sekarang. Menua dan menyesal dengan berbagai penyesalan merupakan perasaan yang kurang menyenangkan dalam suatu kehidupan.  Berada di semester 6 dan akan semakin menua di kampus semakin menuntut saya untuk berpikir lebih analitis dan kritis sehingga harapanya saya memiliki pengetahuan yang cukup sebelum saya keluar dari kampus ini. Untuk bisa memenuhi hal tersebut maka saya harus banyak baca. Dan akhirnya meskipun sulit terasa. Saya mulai mencoba dari sekarang untuk gemar membaca. Dan bagi teman2 diluar sana yang mungkin sependapat dengan tulisan saya kali ini, maka saya dengan sangat berbangga mengucapkan selamat kepada anda sekaian karena setidaknya anda telah tahu bagaimana langkah awal untuk merubah penyesalan2 tersebut. Dengan anda membaca artikel ini sudah satu tahap anda  
Read More

Kamis, 23 Februari 2012

JOMBLO ; "Pilihan Atau Kutukan"



Ada yang pernah mengatakan suatu statement konyol yang kurang bertanggung jawab kepada saya, hal ini dilontarkan oleh salah satu teman saya bernama alingga (kali ini saya sebut nama teman saya, agarnya dia juga ikut terkenal di dunia maya yang sesat ini), dengan kebijaksanaan retorika yang dia miliki bak logat Mario teguh dia berkata “single itu pilihan, jomblo itu nasib”. Sebuah statement singkat tak bertanggung jawab yang agaknya ada benarnya juga. Bagi kita yang seumur hidupnya BELUM pernah yang merasakan namanya “CINTA”, maka sesalilah hidup anda (ambil racun tikus dan minumlah), mengapa harus menyesal? Tentu. Karena anda sangat tidak beruntung untuk hal ini (take easy dude, aku juga begitu)-____- !!

Hmmmm… menindak lanjuti statement teman saya yang kurang bertanggung jawab ini, kenapa kesendirian ini perlu dipermasalahkan, tahukah anda ini adalah hal kecil yang sesungguhnya tidak perlu dipermasalahkan. Suatu perbedaan prinsip yang dipertanyakan.

Ada beberapa orang yang mengataan dia tidak mau pacaran dulu karena dia mau focus pada apa yang dikerjakanya, (yah terkadang orang seperti ini adalah macam orang kutu pintar, sisanya yang mengatakan ini hanyalah sebagai pembelaan diri) ini yang merujuk ke “single itu pilihan”. Ada juga yang mengatakan “gw belum pacaran karena belum waktunya dan belum ada yang cocok” (lebih mengarah ke orang yang ga laku sih, kemungkinan ada 2 orang seperti ini, kalo ga jelek ya pemalu), sebenarnya saya tidak mau mengatakan hal ini tapi stamen ini lebih merujuk ke “jomblo itu nasib” . lalu apa yang menjadi masalah dari dua statement itu? Mari kita bahas satu persatu.


Single itu pilihan dude
Di dunia ini terdapat berbagai macam orang dengan perangainya yang berbeda-beda, suatu hal yang lumrah dan tak perlu dipermasalahkan. Yang menjadi masalah adalah saat manusia-manusia ini tidak bisa mentoleransi prinsip2 hidup yang masing-masing mereka miliki. Banyak orang mengambil prinsip hidupnya dengan jalan yang mudah tanpa memikirkan jangka panjangnya, banyak juga yang mempunyai prinsip-prinsip kehidupan yang dipikir secara matang untuk kehidupan masa depanya tapi lupa dengan kesenanganya. Terkait dengan tema kali ini adalah prinsip berpacaran seseorang atau saya menyebutnya prinsip “berinteraksi”, orang yang berpikiran singkat cenderung memilih berpacaran, ini dipilih karena factor “hati” atau “perasaan” yang sangat sensitive dengan kata “galau”. Kalo ga ada pacar dikit2 galau, ga nafsu makan, mau ngapa-ngapain ga enak, tiduran, hanyut, mati. yah itulah mereka. Sementara orang yang memikirkan jauh kehidupanya lebih sering mengatakan “ga pacaran dulu deh, nanti aja langsung nikah pas umur 50an” that’s alright dude (mate ajah).

Sebenarnya bukan menjadi permasalah kalo ada statement “single itu pilihan”. Tapi yang seharusnya diperhitungkan untuk jadi pilihan adalah bagaimana dampak2 yang diberikan dari apa yang kita pilih. Okelah kita memilih untuk pacaran karena untuk kesenangan sesaat, tetapi tidak menutup kemungkinan juga orang yang kamu pacari nanti akan jadi pasangan hidupmu yang sebenarnya? Toh juga apa yang kita pikirkan kedepan juga belum pasti, sesuatu bisa terjadi dan apapun mungkin. Dan yang perlu kita pikirkan adalah apa dampaknya kepada kita. Kalo kita pacaran apakah pacar kamu bisa ngerti and support kamu? Belum tentu juga, dan kamu ga bisa memastikan itu. Bagaiamana kalau sebaliknya? Bagaiamana kalo ternyata pacar kamu lebih menghambat karir kamu, itu yang susah. Sesuatu yang perlu dipikirkan lebih lanjut.

Lalu gimana buat yang memilih untuk ga pacaran dulu? Itu juga baik. Dengan alasan untuk focus dengan masa depanya, saya rasa itu hal yang sangat tepat. Tapi akan jadi sangat menyebalkan saat kamu tidak bisa mempertanggung jawabkan prinsipmu. Kamu memilih untuk tidak berpacaran tapi hasil prestasimu gitu-gitu aja? Terus apa yang salah dong? Ga ada yang salah? Tapi ada yang kamu lewatkan. Bahwa hidupmu menjadi sangat sia-sia saat kamu memutuskan untuk terlalu focus di kehidupanmu tapi kamu malah ga dapat apa2? Dan pada siapa kamu harus mempertanggung jawabkan prinsip hidupmu itu? Apa pada orang tuamu? Saya rasa orang tuamu bakalan tidak peduli akan hal itu. Dan pada saatnya nanti kamu akan menemukan sebuah polemik kehidupan saat kamu akan menikah. “SIAPA CALON GW!!!”. Hidup memang penuh pilihan dude. Ambil yang baik dan bawa pulang, bukan berarti karena kamu milih untuk mikir masa depanmu itu selalu bagus, dan bukan berarti kamu pacaran itu membangun karir kamu. Yang terpenting disini adalah kita harus tahu apa yang benar2 baik buat kita. Dan ga perlu terlalu dipikirin deh, everything flow like the water. Jadi nikmati aja. Prinsip perlu ditetapkan tapi ga masalah kalo missal prinsip itu berubah ditengah yang penting adalah tujuan kamu kan Cuma satu “SUKSES DAN BAHAGIA” dan untungnya tidak ada standart baku yang mengatur hal ini.


Jomblo itu nasib lu
Statement yang kedua adalah statement yang saya rasa kurang pantas akan tetapi sangat #JLEB pada saya dan mungkin beberapa pada anda. Yah kita jadikan hal ini sebagai hal yang mudah saja. Seperti yang saya katakan di awal, sebenarnya ini adalah hal yang tak perlu dipermasalahkan (karena memang dari awalnya ini juga bukan masalah). Banyak diantara teman2 baik kita sering mengejek kita (yang jomblo) dengan beberapa ejekan yang saya rasa itu ga sopan, seperti “gile ganteng2, lu jomblo” atau “gile jelek2, kok lu jomblo” (WTF%$#@#$). Sebenarnya hal yang ga perlu ditanggapi atau bahkan dijadikan suatu status galau kalau kita jomblo. Apasih ga enaknya kalo jomblo? Paling Cuma kalo pas malam minggu kita ga ngapel atau Cuma ditemenin beberapa film, handbody dan tissue (lhoh!!!).

Mereka yang mengatakan jomblo itu nasib yang buruk adalah mereka yang iri pada kita yang jomblo, kenapa mereka iri? karena terkadang pacaran itu ga se-menyenangkan dengan apa yang pernah kita (orang2 jomblo) bayangkan. Akan jadi hal yang sangat tidak enak saat kamu sama pacar kamu pas lagi makan bareng di suatu restaurant atau café, atau warteg berantem gara2 satu hal konyol, yaitu “siapa yang bayarin”. Suatu konflik kegengsian yang sangat material bila hal ini terjadi. Dan bagaimana pertengkaran itu bisa membawa ke suatu permasalahan hati yang bisa membuat kita putus dengan si doi adalah hal konyol kedua. Kita sebagai orang jomblo harusnya bangga, karena kita bisa menentukan apa segala sesuatunya dengan bebas semau kita bisa. Jadi saya rasa gampang saja untuk menanggapi statement kalau jomblo itu nasib. Jawab aja dengan satu statement yang bijaksana “kalau jodoh itu ditangan tuhan dan ga akan kemana2” saya rasa sudah cukup mewakili berbagai alasan lain yang kurang keren.

Yah sudah cukup panjang gw cerita, inti dari apa yang harusnya kita lakukan adalah, enjoy aja dengan statusmu mau single, jomblo, lajang atau #jalang yang penting kita bisa asyk dengan hal itu dan kita bisa melakukan hal yang terbaik bagi kita dan lingkungan kita. Ga peduli siapapun pacarmu atau gimana nanti jodohmu, karir dan kesuksesan adalah hal pertama yang perlu kamu kejar. Sebelum pasangan hidup kita cari. Yang terpenting adalah nafkah hidupmu. Karena akan sangat ga keren kalo kamu punya pasangan tapi ikut makan dengan uang orang tuamu. Itu sama saja kita menambah anak angkat orang tuamu, jadi mungkin saja pacarmu itu adalah saudara barumu.

Sekian satu lagi urek-urek sampah dari saya harmadhani adi. Semoga satu hal ini bisa menjadi hal yang memotivasi kamu dalam menjalani hidup yang fana ini. Sekian dan terima kasih.
Read More

Jumat, 10 Februari 2012

Demo : "Sebuah Kekonyolan dan Ketidak jelasan Pt#2"


Bukan cita-cita dari sebagian mahasiswa untuk melakukan aksi demo dalam kehidupan selama ngampus. Beberapa mengatakan hal tersebut konyol adanya, beberapa lainya mengatakan hal tersebut merupakan salah satu hak mahasiswa untuk melakukan analisis social terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Dua pendapat ini sebenarnya tidak pernah menjadi seheboh ini sampai tulisan ini diposting (sebenarnya sampai sekarang juga tidak pernah heboh). Lalu bagi anda yang mahasiswa bagaimana menanggapinya? Pendapat saya? Bila demo itu dilakukan adalah sangat benar konyolnya (pendapat pribadi, everything is possible if you think with any views). Kenapa konyolnya? Saya tidak akan berkata hal ini konyol kalau saya tidak melakukanya. Pengalaman sekali seumur hidup dan harus segera dihapuskan dari memori otak yang mulai penuh dengan pikiran jorok.
Melanjutkan cerita dari masjid, penulis dan tulisanya sempat nginep di masjid selama beberapa malam. Di usir oleh pengelola masjid karena dianggap sangat merepotkan (ga Cuma numpang nginep, numpang makan, numpang dicuciin, numpang ke kampus). Dan inilah kelanjutanya.
Masjid merupakan tempat ibadah bagi masyarakat beragama islam. Di dalamnya tentunya kita melakukan hal yang bersifat religious seperti sholat, berdzikir, membaca al-qur’an, bergurau di teras, makan gorengan, tidur sambil nunggu kuliah (fenomena yang perlu diangkat sebagai skripsi di kampus saya), tetapi entah apa yang terjadi, dengan berbagai alasan yang saya pikir hal itu benar gerombolan “akhir” dari demo ini tidak berpikir demikian. Mereka melakukan apa yang sepatutnya itu biasa saja, gerombolan ini dengan semangat kehujanan hanya melewati masjid itu tanpa menyambanginya terlebih dahulu (sebagian sudah sholat, sebagian mungkin lupa, sebagian lainya saya belum menanyakanya, let’s be positive thinking). Entah ini suatu karma, kutukan, azab, bencana, atau apapun kalian menyebutnya. Setelah melewati masjid kita dihadapkan pada sebuah (lebih tepatnya empat) pilihan yang menyesatkan. Tepat di depan mata kami ada sebuah perempatan biasa yang seharusnya itu memang perempatan biasa hanya saja hujan, lalu menariknya apa? yang menjadi luar biasa tidak masuk akalnya adalah, dari beberapa belas orang unik yang ada disana hamper semuanya tidak tahu kemana larinya gerombolan demo yang berjalan lebih dulu tadi? (sisanya berpikir dengan ke sok tahuan). Kita2 yang memang dari awalnya ga niat berdemo memang sengaja tidak mengetahui route perjalanan demo ini, mau ke Fmipa, F teknik, atau mau pulang ke kost. Dari 14 orang (dikira kira, bisa berubah sesuai kebutuhan) hanya satu orang bijaksana yang harusnya tahu, karena hanya satu orang yang kami anggap bijak inilah yang ikut rapat aksi demo ini. Akan tetapi betapa WTF-nya orang tolol satu ni juga tidak tahu kemana harusnya gerombolan itu pergi. Dalam kagalauan tingkat tinggi kita hanya diam di tengah2 perempatan besar yang merupakan jantung lalu lintas kampus pendidikan tsb. Diam bak orang tolol, dianggap pengemis jalanan, berteriak teriak bak orang gila, frustasi, galau, update status di facebook “men keren gw nyasar pas demo” atau update di twitter “ Cemungudh Eaph kakagh RT @inadexpyro nyasar dengan orang bego à RT @alinggamahatma ada apa ini tuhan? “, main aer kayag bego autis, Mulai menyesali kenapa tadi ga mampir ke masjid dulu, lumayan beli gorengan. Ditambah penderitaan datangnya beberapa orang susulan yang kami tidak mengharapkan mereka. Sangat membuat hal ini jadi konyol luar biasa, sekarang coba bapak ibu bayangkan, dimana anda bisa menjumpai cerita tentang sekelompok orang yang berdemo dan mereka “NYASAR” selain di sini (mungkin banyak di google).
Saya sangat menyarankan kepada kalian mahasiswa awam yang ingin melakukan aksi long march, SATU hal pesan saya, tolong. Untuk selalu membawa ransel, karena ini akan sangat berguna kalau-kalau anda sama bodohnya dengan saya. Ransel ini diharapkan mampu membantu kita dalam memanggil “peta”, seperti certia dora dan monyetnya (anda bisa menganggap monyetnya saya, tak apalah).
Dalam kesuraman wajah, kami mulai menemukan secercah harapan redup yang mungkin menyelamatkan nyawa kita dari lembah suram ini. Gerombolan tadi mulai tampak dengan teriakan serak khas mereka, muncul dengan ke “keren” an tersendiri menunjukan jalan benar menunju jalanNYA. Dalam hati sendiri saya bersorak “hore…. akhirnya kau lepaskan aku dari kebegoan ini, ayo bimbing aku menuju idiot lainya”. Kami langsung saja menghampiri mereka dengan langkah tergopoh gopoh seperti tuna wisma yang belum makan seratus hari. Setelah bergabung kembali dengan mereka yang “benar” kami melanjutkan cerita sesat ini dengan penuh liku. Rintangan berikutnya datang, berbaris dengan formasi pengibar bendera 17-an kami dilihat ratusan mahasiswa yang seperti melihat karnaval dan topeng monyet (anjritzz ini bukan topeng, ini wajah gw njink). Dengan tatapan mereka seperti itu saya seperti terlihat konyol. Tapi dengan prinsip kecuekan saya tetap melanjutkan kegilaan ini sampai acara demo konyol ini berakhir dan betapa menyebalkanya akhirnya satu prinsip dasar hidup saya terpatahkan, bahwa demo adalah ahal yang benar2 tidak menyenangkan dan tak akan pernah menjadi menyenangkan. Buat kalian yang konyol yang membaca tulisan ini, saya mengingatkan anda mumpung belum terlanjur untuk melakukanya segera hapus keinginan itu dari pikiran nada SEGERA.   
Read More

Kamis, 02 Februari 2012

Demo : "Sebuah Kekonyolan dan Ketidak jelasan"


Demonstrasi adalah tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal yang dianggap sebuah penyimpangan. Maka dalam hal ini, sebenarnya secara bahasa demonstrasi tidak sesempit, melakukan long-march, berteriak-teriak, membakar ban, aksi teatrikal, merusak pagar, atau tindakan-tindakan yang selama ini melekat pada kata demonstrasi.  
Selasa, di suatu tanggal di bulan January di akhir zaman. Saya melihat beberapa mahasiswa di kampus saya yang tidak perlu disebutkan namanya (lu kan bisa liat di profile gw? Bego nih penulis….!!) sedang melakukan aksi “long March” menyusuri kampus ditengah hujan yang sebenarnya tidak cukup deras tetapi cukup dikatan sebagai hujan yang menghambat bagi sebagian orang yang “kemenyek”. Aksi yang menyita perhatian sejimpit mahasiswa tersebut saya nilai sangat konyol, tidak masuk akal, dan sangat bertolak belakang dengan prinsip ke apatisan saya sebagai seorang mahasiswa. Betapa tidak konyolnya?? saat sebagian mahasiswa seharusnya menghabiskan waktunya untuk belajar, dan sebagian sisanya menghabiskan waktunya di kantin, ngopi, nongkrong, ngeblog, dan ngeposting tulisan ini. Disini malah ada sekelompok mahasiswa yang melakukan perilaku yang tidak disebutkan dalam detail pembayaran SPP?, entah kenapa ini menjadi sangat perlu di kritisi karena apa? Karena saya juga ikut di dalam barisan aksi tersebut (0.o)  dan kali ini saya akan berbagi sebuah cerita konyol saat saya melakukan aksi demo pertama saya bersama beberapa teman yang sebagian tidak mengerti kenapa saya ikut menyeretnya dalam tulisan ini.

“Saya sangat menyarankan kepada anda para orang tua untuk memberikan bimbingan, dampingan, serta perlindungan kepada anak2 anda sehingga anak2 anda tidak meniru apapun yang anak anda baca disini, (disini saya sangat mendukung perlu adanya parental advisory, sebagian yang diceritakan disini terdapat adegan tidak layak dikonsumsi yang sifatnya rekayasa dan fatamorgana), apapun yang menjadi dampak dari bacaan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis dan tukang bakso di depan saya. Bacaan apapun yang sudah anda baca tidak dapat dikembalikan dalam bentuk dan alasan apapun jua, kami tidak menerima penjualan kredit.“

Sebuah selasa wage jam sekian siang di tengah hujan deras yang mulai meredup karena lupa bayar listrik dan air. Berkumpulah sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa anti harmadhani (nama aliansi sengaja di samarkan karena dianggap kurang keren), beberapa mahasiswa tersebut berencana melakukan aksi demo untuk melampiaskan kekecewaanya atas dipilihnya  Adi HArmadhani sebagai mahasiswa ganteng di kampusnya (kepentingan tersebut juga sengaja di samarkan karena sesungguhnya kepentingan yang ditulis disini juga merupakan fitnah kepada penulis belaka).dalam damai, saya sebenarnya sedang memimpin sebuah rapat penting di organisasi yang saya ikuti. Di tengah akhir acara salah seorang kerabat terdekat saya (sedang duduk di sebelah saya juga sih) tiba2 secara sukarela (bukan paksa) menarik saya untuk ikut dalam aksi tersebut, dengan alasan saya cocok untuk jadi bahan pelampiasan emosi aksi yang marah ini. Sebenarnya saya sangat keberatan, akan tetapi karena bujukan dari 147 mahasiswa yang ada di ruang lobby fakultas serta karena adanya media pers dari CCTV yang mengabadikan aksi tersebut yang juga kemungkinan membuat saya semakin terkenal hinanya membuat kata-kata “anang” terngiang dihatiku yang akhirnya saya luluh juga untuk mengikutinya. 

 Berkumpul dan berencana berangkat dari depan gedung fakultas ilmu pendidikan, saya dan beberapa teman2  “ANEH” saya berkumpul bersama beberapa sahabat dari suatu golongan yang tidak perlu disebutkan nama orang tua dan NIMnya, membahas bagaimana aksi ini akan berlangsung, datang kesana dengan kepolosan, ketololan, dan kepedesan, disambut dan disuguhi dengan berbagai macam hal yang membludak diantaranya kertas bertuliskan orasi kekecewaan, beberepa hymne yang bahkan nadanya saya tidak ingat (menurut penuturan salah satu demonstran, lagu tersebut bisa didownload di 4shared), seruan, yel-yel yang semuanya saya tidak paham maksudnya. Kami berbaris dengan formasi timnas garuda muda dan ditali layaknya segerombol sapi yang akan disembelih, mendengarkan orator (atau pemimpin barisan atau apalah namanya) berorasi mengeluarkan kata2 hinaan, makian, kekecewaan pada sebuah operator kartu CDMA yang lupa akan kewajibanya untuk menjadi provider GSM.

Dimulai pada pukul 2 sakit sekali kita mulai long march dari depan gedung fakultas pendidikan  yang nantinya akan berputar ke fakultas ekonomi dan langsung ke rute yang telah ditentukan sebelumnya, baru ada beberapa kaki (artinya baru beberapa langkah) saya berhenti dipojokan (merenung) karena saya bersama teman2 unik saya sempat disambut oleh kelompok lain yang kita belum bersahabat dengan mereka, beberapa yang lainya tetap meneruskan long march tersebut dan tak acuh pada beberapa kelompok yang ga jelas itu. Saya dan 2 orang teman unik saya berhenti tetap disitu bukan karena alasan ketidak gentle an kami. Tetapi kami berhenti karena kami merencanakan sebuah rencana pelarian dari sebuah bangsal pemaksaan. Di tengah saya berimajinasi, tibalah rombongan kedua yang menyelamatkan (lebih tepatnya menyesatkan) kami. Kelompok yang datang dari sebuah asap kopi cethe berlagak bagaikan pahlawan kehujanan dan berbicara bijak “mari kita lanjutkan petualangan ini” (emang ini dora??), dengan terbata-bata kami tidak mampu untuk menolak ajakan bijak tersebut. Dengan langkah keren tergopoh-gopoh dan terseok-seok, kami melanjutkan perjalanan binal tersebut. Di perjalanan menuju fakultas sastra kita lebih banyak diam dan bercanda, mengeluarkan makian kepada seseorang gemuk yang jelas bukan saya. Dan menghina seorang bernama harmadhani yang sayapun bahkan tidak mengenalnya. Setelah melewati fakultas sastra kami berhenti di masjid untuk menghentikan sesaat cerita ini, dan betapa menyebalkanya cerita ini bersambung.…

Kecewa? Tunggu beberapa saat lagi obor menyala dan siap2 untuk membakar blog ini, nantikan obor (bagian) paling panasnya minggu depan. 
Read More

Senin, 30 Januari 2012

Berbagi : "Satu Cara, Untuk Kita Semua"



Iseng-iseng dengan tugas yang diberikan oleh dosen kepada saya. Dan setelah saya tinjau kembali saya rasa tulisan ini bolehlah menambah beberapa tumpukan kertas sampah elektronik yang biasa muncul situs pencarian mbah google, sebenarnya tulisan ini sangat dituntut kerahasiaanya menurut teman saya, tapi tak apalah karena berbagi apa yang kita punya itu indah dan menyenangkan, ini adalah suatu tulisan yang saya rasa cukup recommended untuk saudara baca karena harapanya ini akan menambah kemampuan kita dalam mengerti sesama.
Berbagi merupakan salah satu gerakan hati untuk membiarkan orang-orang yang ada disekitar kita ikut menikmati apa yang sedang kita nikmati. Berbagi tidak harus secara materi, tetapi bisa melalui tindakan, perkataan, dan perasaan. Dalam seminggu terakhir ini saya mengalami sebuah pengalaman yang menurut saya merupakan pengalaman berbagi yang tidak biasa dilakukan orang orang pada umumnya dan bisa diterpakan setiap saat dan kapan saja.
Beberapa minggu terakhir ini saya merasa dalam kondisi yang buruk, sakit tak ada hentinya dan sampai sekarang kondisi juga tidak kunjung membaik 100%. Akhirnya saya teringat dan percaya pada perkataan seseorang bahwa “saat seorang sakit maka semua akan terlihat lebih jelas dan perasaan spiritualmu akan terbuka”. Sakit selama dua minggu membuat saya lebih banyak diam dan tidak lagi banyak mengeluarkan kata-kata picisan yang dikaran dan dirangkai sedemikian rupa.  seperti biasanya. Pada saat sakit seseorang biasanya akan meminta perhatian lebih dari orang-orang sekitarnya, malangnya hal itu tidak terjadi pada saya. Beberapa hari saya sakit dan mulai membaik. Saya mulai sadar ,pikiran saya terbuka dan isi otak berhamburan kemana-mana (yeah! sudahlah lupakan -.-). Pertanyaanya kenapa beberapa orang disekitar saya tidak merespons permintaan perhatian saya, adalah karena hukum kekekalan energy mengatakan bahwa “setiap energy positif yang kita keluarkan maka energy positif tersebut akan kembali pada orang yang mengeluarkanya. Hal ini saya sadari saat beberapa hari lalu saya menghadiri rapat perdana sebuah ormawa eksekutif di kampus saya (sebut saja BEM FE UM, bukan initial samaran). Saat keadaan saya sudah mulai membaik segala membaik selera humor saya bangkit. Beberapa perkataan yang sebenarnya saya anggap biasa, entah kenapa dianggap lucu bagi teman-teman saya dan mereka menyukainya. Dari hal tersebut mereka memberikan respons berupa penghargaan konyol atas apa yang sudah saya lakukan.
Dari sini saya mengerti bahwa berbagi kadang tidak selalu berupa materi tetapi juga bisa berupa satu atau beberapa perkataan yang bisa memberikan perasaan senang bagi yang menikmatiya. Dan ini juga membuktikan hukum kekekalan energy yang telah saya jelaskan tadi
Di hari berikutnya cuaca yang berangin kencang seperti badai menerpa kota malang tercinta, membuat kondisi saya semakin drop lagi. Berbicara pun menjadi tidak nyaman, makan pun tidak nyaman, minumpun tidak nyaman bahkan tidurpun dimarahi dosen (sungguh tidak berperi kesakitan dan ketiduran) , jujur saya termasuk orang yang kurang rajin dalam beribadah, sholatpun hanya dilakukan saat ingat dan kebanyakan lupa, makanpun juga jarang (apa hubunganya? (¬˛ ¬ )). tetapi satu hal yang luar biasa saya rasakan adalah sejak saat sakit yang mendera selama 2 minggu ini membuat saya selalu ingat akan sholat, subbhanallah dan saya menyadari betapa hebatnya keEsaan allah swt. Bahkan menurut saya sakit yang mendera dan tidak menyenangkan inipun bisa berbagi sebuah pengalaman spiritual yang luar biasa yang cukup membuat saya sadar betapa kurang bergunanya saya selama ini. 
Pada penulisan tugas ini akhirnya saya mengerti suatu hal bahwa bahkan bukan Cuma manusia yang mampu berbagi bahkan sakit, sedih, bingung dan segala pengalaman pengalaman buruk akan mampu berbagai pengalaman lain yang mampu meningkatkan olah hati seseorang.
Dari tulisan yang sudah saya susun yang sudah cukup menyita waktu saya, akhirnya saya menyimpulkan bahwa sesungguhnya berbagi bukan hanya memberikan apa yang kalian punya untuk dinikmati bersama, tetapi berbagi juga adalah seberapa besar yang sudah bisa kamu berikan dan seberapa pantas dirimu untuk menerima hal-hal untuk dibagi tersebut. Tidak semua orang pantas untuk menerima hal untuk dibagi, seseorang haruslah sadar bahwa berbagi merupakan proses timbal balik yang sifatnya otomatis untuk dilakukan tanpa orang tersebut harus memikirkan bagaimana membalasnya. Hal inilah yang akan menimbulkan sinergi postif dan aura postif yang mendukung hukum kekelan energy yang sudah saya jelaskan diatas.
Demikianlah  tulisan yang sebenarnya menjadi sebuah tugas saya di satu mata kuliah ini saya buat (beberapa diedit sih sebenarnya), semoga menjadi manfaat bagi kita bersama, bahwa sesungguhnya banyak yang mampu kita ambil pelajaran dari apa yang kita alami sehari-hari dari hal yang paling kecil sampai yang paling konyol dan tidak masuk akal sekalipun. (harmadhani adi)
Read More