Kamis, 02 Februari 2012

Demo : "Sebuah Kekonyolan dan Ketidak jelasan"


Demonstrasi adalah tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal yang dianggap sebuah penyimpangan. Maka dalam hal ini, sebenarnya secara bahasa demonstrasi tidak sesempit, melakukan long-march, berteriak-teriak, membakar ban, aksi teatrikal, merusak pagar, atau tindakan-tindakan yang selama ini melekat pada kata demonstrasi.  
Selasa, di suatu tanggal di bulan January di akhir zaman. Saya melihat beberapa mahasiswa di kampus saya yang tidak perlu disebutkan namanya (lu kan bisa liat di profile gw? Bego nih penulis….!!) sedang melakukan aksi “long March” menyusuri kampus ditengah hujan yang sebenarnya tidak cukup deras tetapi cukup dikatan sebagai hujan yang menghambat bagi sebagian orang yang “kemenyek”. Aksi yang menyita perhatian sejimpit mahasiswa tersebut saya nilai sangat konyol, tidak masuk akal, dan sangat bertolak belakang dengan prinsip ke apatisan saya sebagai seorang mahasiswa. Betapa tidak konyolnya?? saat sebagian mahasiswa seharusnya menghabiskan waktunya untuk belajar, dan sebagian sisanya menghabiskan waktunya di kantin, ngopi, nongkrong, ngeblog, dan ngeposting tulisan ini. Disini malah ada sekelompok mahasiswa yang melakukan perilaku yang tidak disebutkan dalam detail pembayaran SPP?, entah kenapa ini menjadi sangat perlu di kritisi karena apa? Karena saya juga ikut di dalam barisan aksi tersebut (0.o)  dan kali ini saya akan berbagi sebuah cerita konyol saat saya melakukan aksi demo pertama saya bersama beberapa teman yang sebagian tidak mengerti kenapa saya ikut menyeretnya dalam tulisan ini.

“Saya sangat menyarankan kepada anda para orang tua untuk memberikan bimbingan, dampingan, serta perlindungan kepada anak2 anda sehingga anak2 anda tidak meniru apapun yang anak anda baca disini, (disini saya sangat mendukung perlu adanya parental advisory, sebagian yang diceritakan disini terdapat adegan tidak layak dikonsumsi yang sifatnya rekayasa dan fatamorgana), apapun yang menjadi dampak dari bacaan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis dan tukang bakso di depan saya. Bacaan apapun yang sudah anda baca tidak dapat dikembalikan dalam bentuk dan alasan apapun jua, kami tidak menerima penjualan kredit.“

Sebuah selasa wage jam sekian siang di tengah hujan deras yang mulai meredup karena lupa bayar listrik dan air. Berkumpulah sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa anti harmadhani (nama aliansi sengaja di samarkan karena dianggap kurang keren), beberapa mahasiswa tersebut berencana melakukan aksi demo untuk melampiaskan kekecewaanya atas dipilihnya  Adi HArmadhani sebagai mahasiswa ganteng di kampusnya (kepentingan tersebut juga sengaja di samarkan karena sesungguhnya kepentingan yang ditulis disini juga merupakan fitnah kepada penulis belaka).dalam damai, saya sebenarnya sedang memimpin sebuah rapat penting di organisasi yang saya ikuti. Di tengah akhir acara salah seorang kerabat terdekat saya (sedang duduk di sebelah saya juga sih) tiba2 secara sukarela (bukan paksa) menarik saya untuk ikut dalam aksi tersebut, dengan alasan saya cocok untuk jadi bahan pelampiasan emosi aksi yang marah ini. Sebenarnya saya sangat keberatan, akan tetapi karena bujukan dari 147 mahasiswa yang ada di ruang lobby fakultas serta karena adanya media pers dari CCTV yang mengabadikan aksi tersebut yang juga kemungkinan membuat saya semakin terkenal hinanya membuat kata-kata “anang” terngiang dihatiku yang akhirnya saya luluh juga untuk mengikutinya. 

 Berkumpul dan berencana berangkat dari depan gedung fakultas ilmu pendidikan, saya dan beberapa teman2  “ANEH” saya berkumpul bersama beberapa sahabat dari suatu golongan yang tidak perlu disebutkan nama orang tua dan NIMnya, membahas bagaimana aksi ini akan berlangsung, datang kesana dengan kepolosan, ketololan, dan kepedesan, disambut dan disuguhi dengan berbagai macam hal yang membludak diantaranya kertas bertuliskan orasi kekecewaan, beberepa hymne yang bahkan nadanya saya tidak ingat (menurut penuturan salah satu demonstran, lagu tersebut bisa didownload di 4shared), seruan, yel-yel yang semuanya saya tidak paham maksudnya. Kami berbaris dengan formasi timnas garuda muda dan ditali layaknya segerombol sapi yang akan disembelih, mendengarkan orator (atau pemimpin barisan atau apalah namanya) berorasi mengeluarkan kata2 hinaan, makian, kekecewaan pada sebuah operator kartu CDMA yang lupa akan kewajibanya untuk menjadi provider GSM.

Dimulai pada pukul 2 sakit sekali kita mulai long march dari depan gedung fakultas pendidikan  yang nantinya akan berputar ke fakultas ekonomi dan langsung ke rute yang telah ditentukan sebelumnya, baru ada beberapa kaki (artinya baru beberapa langkah) saya berhenti dipojokan (merenung) karena saya bersama teman2 unik saya sempat disambut oleh kelompok lain yang kita belum bersahabat dengan mereka, beberapa yang lainya tetap meneruskan long march tersebut dan tak acuh pada beberapa kelompok yang ga jelas itu. Saya dan 2 orang teman unik saya berhenti tetap disitu bukan karena alasan ketidak gentle an kami. Tetapi kami berhenti karena kami merencanakan sebuah rencana pelarian dari sebuah bangsal pemaksaan. Di tengah saya berimajinasi, tibalah rombongan kedua yang menyelamatkan (lebih tepatnya menyesatkan) kami. Kelompok yang datang dari sebuah asap kopi cethe berlagak bagaikan pahlawan kehujanan dan berbicara bijak “mari kita lanjutkan petualangan ini” (emang ini dora??), dengan terbata-bata kami tidak mampu untuk menolak ajakan bijak tersebut. Dengan langkah keren tergopoh-gopoh dan terseok-seok, kami melanjutkan perjalanan binal tersebut. Di perjalanan menuju fakultas sastra kita lebih banyak diam dan bercanda, mengeluarkan makian kepada seseorang gemuk yang jelas bukan saya. Dan menghina seorang bernama harmadhani yang sayapun bahkan tidak mengenalnya. Setelah melewati fakultas sastra kami berhenti di masjid untuk menghentikan sesaat cerita ini, dan betapa menyebalkanya cerita ini bersambung.…

Kecewa? Tunggu beberapa saat lagi obor menyala dan siap2 untuk membakar blog ini, nantikan obor (bagian) paling panasnya minggu depan. 

0 komentar:

Posting Komentar